Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Rūḥānī Khazā’in

TUJUAN agama adalah agar manusia memperoleh keselamatan dari hawa nafsunya...

Ilustrasi:  shutterstock.com “ TUJUAN agama adalah agar manusia memperoleh keselamatan dari hawa nafsunya dan menciptakan kecintaan pribadi kepada Allāh yang Maha Kuasa

TUJUAN pokok dari menganut suatu agama

“ TUJUAN pokok dari menganut suatu agama adalah kita memperoleh kepastian berkaitan dengan Tuhan yang menjadi sumber dari keselamatan, seolah-olah kita bisa melihat wujud-Nya dengan mata kita.

POKOK dari ajaran saya adalah beriman kepada Allāh Yang Maha Esa… ▌“Mirzā Ghulām Aḥmad” #MGA

PENDIRI Jemaah Muslim Aḥmadiyyah Ḥaḍrat Masīḥ Mau’ūd Mirzā Ghulām Aḥmad a.s. menulis: “POKOK dari ajaran saya adalah beriman kepada Allāh Yang Maha Esa sebagai wujud Yang tiada sekutu-Nya, Yang memiliki rasa welas asih kepada mahluk ciptaan-Nya, Yang berperilaku baik, serta Yang tidak mempunyai itikad buruk. “Berlakulah sedemikian rupa sehingga tidak ada kerancuan atau kejahatan menghampiri hati Anda. “Jangan bicara palsu, jangan menciptakan kedustaan, dan jangan menyakiti siapa pun, baik dengan tangan atau pun dengan lisan. “Hindari segala bentuk dosa dan kendalikan hawa nafsu Anda. “Cobalah mensucikan hati Anda tanpa ada kejahatan sama sekali. “Harus menjadi prinsip hidup Anda untuk mengasihi semua manusia. “Pelihara tangan Anda, lidah Anda, dan pikiran Anda dari semua hal yang tidak bersih dan rancu serta segala bentuk penipuan. “Takutlah kepada Allāh dan sembahlah Dia dengan hati yang suci. “Tahan diri Anda dari melakukan kesalahan, pelanggara

LIMA rukun yang menjadi dasar agama Islam adalah bagian dari keimanan kita

Kita berpegang teguh kepada firman Allāh swt., yaitu Al-Qur'ān, kepada apa kita diperintahkan untuk berpegang teguh. Sebagaimana kata Ḥaḍrat Farūq (‘Umār bin Khaṭṭab) r.a., kita menyatakan bahwa kitab Allāh ini cukuplah bagi kita. Sebagaimana juga ujar Ḥaḍrat ‘Ā‘išah r.a., jika ada perbedaan di antara Al-Qur'ān dan Ḥadīṡ, maka prioritas diberikan kepada Al-Qur'ān. Kita beriman bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allāh swt. dan bahwa penghulu dan junjungan kita, Muḥammad saw. adalah rasul-Nya dan khātamu'l-anbiyā‘. Kita beriman kepada malaikat, kehidupan kembali, hari penghisaban, surga, dan neraka. Kita meyakini bahwa apa pun yang dikatakan Ḥaḍrat Rasūlu'l-Lāh saw. adalah benar. Kita meyakini bahwa siapa pun yang mengurangi atau menambah-nambah walaupun senoktah kecil atas ajaran agama Islam, atau mengajak kepada meninggalkan kewajiban serta mengabaikannya, adalah termasuk orang yang tidak beriman dan telah berpaling dari Islam. Saya mengingatkan para a

wahyu Allāh yang pertama

Pendiri suci jemaah muslim Aḥmadiyyah Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmad—Imam Mahdi-dan-Masīḥ Mau’ūd a.s. menulis: Foto pendiri jemaah muslim Ahmadiyah ini dikopi dari arsip Dewan Naskah JAI.  “SAYA berusia 34 atau 35 tahun ketika ayah wafat. Dalam sebuah rukya, saya telah diberitahukan mengenai hal ini bahwa ajal beliau sudah dekat. Saat itu beliau berada di Lahore dan sedang bergegas kembali ke Qadian. “Beliau sedang menderita sakit disentri, tetapi saya tidak mengira bahwa beliau akan wafat keesokan harinya. Nyatanya, pada saat itu sudah ada perbaikan dalam kondisinya dan kelihatannya beliau cukup sehat. Keesokan harinya, kami semua sedang bersama beliau pada siang hari ketika beliau meminta dengan halus agar saya pergi beristirahat karena saat itu bulan Juni dan udara sedang panas sekali. “Saya beristirahat ke kamar atas dan seorang khaddim memijat kaki saya. Tak lama, saya terlena ringan dan turun wahyu (bahasa Arab): وَ السّمَآءِ وَ الطّارِقِ «wa’s-samā’i wa'ṭ-ṭāriq»

Doa [Pendiri Ahmadiyah] Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. Untuk Kehidupan dan Kemajuan Islam

ربّ أحـي الإسلام بجـهدي وهمّـتي ودعآئـي وكلامـي وأعـد بي “RABBI aĥyi'l-islâma bijahdî wa himmatî wa du’âî wa kalâmî, wa a’idbî سـحنته، وخـيره، وسبره، ومزّق كلّ معاند وكبره، . ربّ أرني كيـف saĥnatahû wa khairahû wa sibrahû, wa mazziq kulla ma’ânida wa kibrahû. Rabbi arinî kaifa تحـي المـوتٰى ، وأرني وجـوها ذوى الشّمـآئل الإيمـانيّة ونفـوسا tuhyi'l-mautâ wa arinî wujûhaŋ-dzawi'sy-syamâ'ili'l-îmaniyyati wa nufûsaŋ- ذوى الحـكمة اليمانـيّة وعـيونا باكية من خـوفك وقلوبا مقشعـرة dzawi'l-ĥikmati'l-yamâniyyati wa ‘uyûnam-bâkiyatam-min-khaufika wa qulûbam-muqsya’iratan- عـند ذكـرك ‘inda dzikrik[a].” « آئيـنه كـمالات إسـلام ﴿ دافـع الوسـاوس ﴾ » ، روحـانى خـزآئن جـلد ٥ ، صـ ٦ ، بـ ٨ . “WAHAI TUHAN-ku, hidupkanlah Islam ini dengan perjuangan, gelora semangat, doa, dan kata-kataku. Kembalikanlah kemajuan, kebaikan, dan keindahannya. Luluhkanlah setiap penentang dan ketinggian hatinya. Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-o

lima rukun sebagai dasar agama Islam adalah bagian dari keimanan kita (aka. syahadat orang Ahmadiyah)

Pendiri suci jemaah muslim Aḥmadiyyah Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmad—Imam Mahdi-dan-Masīḥ Mau’ūd a.s. menulis: “Kita ini [adalah] dari antara para pencinta Alquran dan Ḥaḍrat Rasūlu'l-Lāh saw.. Inilah jalan kita dan akan selalu kita ikuti.” Rangkuman dan inti pokok agama kita adalah keimanan kepada: لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ «Lā ilāha illa'l-Lāh[u], Muḥammadu'r-rasūlu'l-Lāh[i]» Bahwa, tidak ada yang patut disembah selain Allāh swt. dan Muḥammad adalah rasul Allāh. Keimanan yang kita anut dalam hidup di dunia dan berkat rahmat Allāh Yang Maha Kuasa dan yang akan dibawa kepada kehidupan di akhirat, adalah bahwa penghulu dan junjungan kita, Muḥammad-yang-terpilih saw. adalah Khātama'n-Nabiyyīn dan yang-terbaik-dari-semua-rasul. Di tangan beliau-lah agama ini menjadi sempurna. Dan berkat karunia yang diperoleh melalui penapakan jalan yang lurus, maka seorang manusia akan bisa mendekat kepada Allāh swt.. Kita meyakini sepen

Agama tidak berarti pertengkaran, penghinaan dan kata-kata kasar yang dilontarkan atas nama agama

Pendiri Jemaat Ahmadiyah menulis: AGAMA tidak berarti pertengkaran, penghinaan dan kata-kata kasar yang dilontarkan atas nama agama. Dalam konteks demikian, tidak ada yang memperhatikan penekanan hawa nafsu batin atau penciptaan silaturahmi dengan yang Maha Terkasih. Satu kelompok menyerang kelompok lain seperti di antara hewan anjing dan setiap bentuk kelakuan buruk dipertontonkan atas nama agama. Orang-orang demikian tidak menyadari apa tujuan kelahiran mereka di dunia dan apa yang menjadi tujuan pokok dari hidup mereka itu. Mereka tetap saja membutakan mata dan bersikap jahat serta menguar kefanatikan mereka atas nama agama. Mereka mempertontonkan kelakuan buruk mereka dan menggoyang lidah mereka yang loncer guna mendukung tuhan fiktif yang eksistensinya tidak bisa mereka buktikan. Apa gunanya agama yang tidak mengajarkan penyembahan sosok Tuhan yang Maha Hidup? Tuhan yang mereka kemukakan tidak lebih baik dari bangkai mati yang berjalan karena ditopang penyangga, diman