Langsung ke konten utama

lima rukun sebagai dasar agama Islam adalah bagian dari keimanan kita (aka. syahadat orang Ahmadiyah)

Pendiri suci jemaah muslim Aḥmadiyyah Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmad—Imam Mahdi-dan-Masīḥ Mau’ūd a.s. menulis:

“Kita ini [adalah] dari antara para pencinta Alquran dan Ḥaḍrat Rasūlu'l-Lāh saw.. Inilah jalan kita dan akan selalu kita ikuti.”

Rangkuman dan inti pokok agama kita adalah keimanan kepada:

لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ
«Lā ilāha illa'l-Lāh[u], Muḥammadu'r-rasūlu'l-Lāh[i]»
Bahwa, tidak ada yang patut disembah selain Allāh swt. dan Muḥammad adalah rasul Allāh.

Keimanan yang kita anut dalam hidup di dunia dan berkat rahmat Allāh Yang Maha Kuasa dan yang akan dibawa kepada kehidupan di akhirat, adalah bahwa penghulu dan junjungan kita, Muḥammad-yang-terpilih saw. adalah Khātama'n-Nabiyyīn dan yang-terbaik-dari-semua-rasul. Di tangan beliau-lah agama ini menjadi sempurna. Dan berkat karunia yang diperoleh melalui penapakan jalan yang lurus, maka seorang manusia akan bisa mendekat kepada Allāh swt..

Kita meyakini sepenuh hati bahwa Al-Qur'ān adalah kitab samawi terakhir dan bahwa tidak ada satu kata atau noktah pun bisa ditambahkan atau dikurangi darinya. Tiada wahyu yang akan diturunkan Allāh swt. yang merubah atau memansukhkan firman-firman dalam Al-Qur'ān atau pun mengganti apa pun petunjuk yang tersirat di dalamnya. Siapa pun yang mempunyai pandangan berbeda mengenai hal ini, menurut hemat kita, bukanlah seorang yang beriman dan merupakan seorang kafir (menolak/menutup diri) dan bidah.

Kita pun meyakini bahwa yang dimaksud dengan jalan yang lurus pada tingkatannya yang paling sederhana pun, tidak akan bisa diperoleh tanpa mengikuti Rasūlu'l-Lāh saw.. Apalagi untuk mengatakan “mengikuti jalan yang lurus pada tingkatannya yang luhur.” Kita tidak akan bisa mencapai tingkat kemuliaan dan kesempurnaan dalam bentuk apa pun atau pun kedekatan kepada Allah swt. kecuali dengan menjadi pengikut yang benar dan sempurna dari Rasūlu'l-Lāh saw.. Apa pun yang dikaruniakan kepada kita adalah sebagai cerminan dan berkat dari Yang Mulia Rasūlu'l-Lāh saw..[]

(Rūḥānī Khazā‘in Jilis III «Izālah Auhām, Riyāḍ Hind Press Amritsar, 1308 H», Additional Nāẓir Išā’at London, 1984, ṣafa 169—170)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat-syarat Baiat ke dalam Jemaat Islam Ahmadiyah

PENDIRI Suci Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Isa Almasih Yang Dijanjikan) a.s., pada tanggal 23 Maret 1889, telah menetapkan 10 Syarat Baiat atau Masuk dan mengikat janji/ikrar kesetiaan ke dalam Jemaat Islam Ahmadiyah yang isinya adalah sebagai berikut: 1. Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik. 2. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya. 3. Akan senantiasa mendirikan salat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mendirikan shalat Tahajud, dan mengirim selawat kepada Junjungannya Yang Mulia Rasulullah saw. dan memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa/kelemahan-manusiawi; akan ingat

Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūd a.s. ‘adzan dan mengimami Ṣalāt

Dikutip dari LB HAKṢALCIS | №. 001/1—7 TABLIGH 1400 HS  (Lembaran Berkala Hari Kesadaran Ṣalāt Majelis Cabang Cisalada). ḤAḌRAT Mian Abdullah Sanauri r.a. menceritakan kepada saya (Mirza Bashir Ahmad r.a.): “Pada masa-masa permulaan, Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūd a.s. (Ḥaḍrat Ṣāḥib) sendiri yang biasanya ‘adzan dan beliau sendiri yang menjadi imam.”

MENGAPA Islam Ahmadiyah "mengutamakan" soal hidup dan matinya Nabi Isa a.s.?

ADA satu pertanyaan yang perlu dijawab yaitu mengapa Ahmadiyah “mengutamakan” soal hidup dan matinya Nabi Isa a.s.? Dosa yang sangat besar ialah syirik (menyekutukan Tuhan), sedang dari antara syirik yang bermacam-macam itu “pengakuan Allāh beranak” itu adalah merupakan syirik yang lebih besar. Allāh swt. berfirman: “Hampir semua langit itu pecah oleh karenanya dan bumi terbelah dan semua gunung itu runtuh berkeping-keping karena mereka mengaku bagi Yang Maha Pemurah mempunyai anak laki-laki” ( QS XIX—Maryam: 91 — 92 ) Maka untuk menghapuskan dosa yang maha dahsyat itu Allāh swt. telah menyebutkan keterangan-keterangan yang nyata dalam Al-Qur’ānu’l-Majīd, umpamanya Allāh swt. berfirman: (1) Isa a.s. itu hanya seorang rasul Allāh; (2) Sebagaimana rasul-rasul yang lain sudah wafat, maka beliau a.s. pun juga sudah wafat; (3) Selama dia hidup membutuhkan makan dan minum; (4) Dia telah diperanakkan oleh seorang perempuan (Maryam). (Lihat QS V—Al-Mā’idah: 70 ). Akan tetapi, karena pengaruh