Langsung ke konten utama

Postingan

Syarat-syarat Baiat ke dalam Jemaat Islam Ahmadiyah

PENDIRI Suci Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Imam Mahdi & Isa Almasih Yang Dijanjikan) a.s., pada tanggal 23 Maret 1889, telah menetapkan 10 Syarat Baiat atau Masuk dan mengikat janji/ikrar kesetiaan ke dalam Jemaat Islam Ahmadiyah yang isinya adalah sebagai berikut: 1. Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik. 2. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya. 3. Akan senantiasa mendirikan salat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mendirikan shalat Tahajud, dan mengirim selawat kepada Junjungannya Yang Mulia Rasulullah saw. dan memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa/kelemahan-manusiawi; akan ingat

Doa [Pendiri Ahmadiyah] Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. Untuk Kehidupan dan Kemajuan Islam

ربّ أحـي الإسلام بجـهدي وهمّـتي ودعآئـي وكلامـي وأعـد بي “RABBI aĥyi'l-islâma bijahdî wa himmatî wa du’âî wa kalâmî, wa a’idbî سـحنته، وخـيره، وسبره، ومزّق كلّ معاند وكبره، . ربّ أرني كيـف saĥnatahû wa khairahû wa sibrahû, wa mazziq kulla ma’ânida wa kibrahû. Rabbi arinî kaifa تحـي المـوتٰى ، وأرني وجـوها ذوى الشّمـآئل الإيمـانيّة ونفـوسا tuhyi'l-mautâ wa arinî wujûhaŋ-dzawi'sy-syamâ'ili'l-îmaniyyati wa nufûsaŋ- ذوى الحـكمة اليمانـيّة وعـيونا باكية من خـوفك وقلوبا مقشعـرة dzawi'l-ĥikmati'l-yamâniyyati wa ‘uyûnam-bâkiyatam-min-khaufika wa qulûbam-muqsya’iratan- عـند ذكـرك ‘inda dzikrik[a].” « آئيـنه كـمالات إسـلام ﴿ دافـع الوسـاوس ﴾ » ، روحـانى خـزآئن جـلد ٥ ، صـ ٦ ، بـ ٨ . “WAHAI TUHAN-ku, hidupkanlah Islam ini dengan perjuangan, gelora semangat, doa, dan kata-kataku. Kembalikanlah kemajuan, kebaikan, dan keindahannya. Luluhkanlah setiap penentang dan ketinggian hatinya. Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-o

Iman Kepada Allah (Aqidah Ahmadiyah)

SEKARANG, saya hendak menjelaskan aqidah Ahmadiyah dengan mengambil keterangan dari beberapa tulisan Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Ahmad a.s. sendiri berkenaan Iman Kepada Allah. Beliau telah bersabda: “Kami beragama Islam, kami beriman kepada Allah Yang Maha Esa, yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya Yang Maha Tunggal.” (Nûru`l-Ĥaq, Juz I, hal. 6). Sabdanya lagi: “Saya beraqidah dari lubuk hati yang dalam bahwa Allah itu adalah Yang menjadikan alam, Dia itu Esa, Maha Kuasa, Maha Mulia dan menguasai segala sesuatu yang nampak dan yang sembunyi.” (Â`înah Kamâlât-i-Islâm, hal. 384). Sabdanya lagi: “Allah itu Tunggal, Kekal berdiri sendiri tidak beranak dan tidak bersekutu.” (Anjâm-i-Atham, hal. 267). Beliau bersabda lagi: “Dengan kemuliaan Allah saya bersumpah bahwa saya mengutamakan keridhaan-Nya melebihi segala perkara dan pintu-Nya melebihi segala pintu lain; dan kesukaan-Nya melebihi kesukaan orang lain dan bahwa Dia beserta dengan saya setiap waktu dan saya pun mengikuti-Nya

syahadat Ahmadiyah (aka. aqidah Islam dan Iman-nya Ahmadiyah)

DENGAN karunia Allah swt., para Ahmadi atau pemeluk Islam Ahmadiyah adalah orang-orang yang beragama Islam, kami mempunyai keyakinan bahwa agama Islam itulah satu agama yang sempurna yang tidak akan dimansukhkan lagi sampai hari Qiamat. Siapa saja yang tidak mengikuti Islam, maka kepercayaannya tidak benar dan agamanya yang lain itu tidak akan dikabulkan. Allah swt. berfirman: "Dan, siapa saja yang memilih selain Islam sebagai agama, maka darinya tidak diterima dan di Akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (QS [Âli ‘Imrân] 3:86) Alquran Majid adalah firman Allah yang suci dan Sayyidina Muhammad saw. adalah berpangkat Khâtaman-Nabiyyîn. Tidak ada kitab (syari’at) baru lagi atau Nabi yang membawa agama baru sesudah beliau itu. Rukun Islam kami ada lima perkara: 1. Mengucapkan dua Kalimah Syahadat, yaitu: "Aku menyaksikan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah; dan saya menyaksikan bahwa Muhammad itu pesuruh Allah." 2. Mendirikan Shalat li

lima rukun sebagai dasar agama Islam adalah bagian dari keimanan kita (aka. syahadat orang Ahmadiyah)

Pendiri suci jemaah muslim Aḥmadiyyah Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmad—Imam Mahdi-dan-Masīḥ Mau’ūd a.s. menulis: “Kita ini [adalah] dari antara para pencinta Alquran dan Ḥaḍrat Rasūlu'l-Lāh saw.. Inilah jalan kita dan akan selalu kita ikuti.” Rangkuman dan inti pokok agama kita adalah keimanan kepada: لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ «Lā ilāha illa'l-Lāh[u], Muḥammadu'r-rasūlu'l-Lāh[i]» Bahwa, tidak ada yang patut disembah selain Allāh swt. dan Muḥammad adalah rasul Allāh. Keimanan yang kita anut dalam hidup di dunia dan berkat rahmat Allāh Yang Maha Kuasa dan yang akan dibawa kepada kehidupan di akhirat, adalah bahwa penghulu dan junjungan kita, Muḥammad-yang-terpilih saw. adalah Khātama'n-Nabiyyīn dan yang-terbaik-dari-semua-rasul. Di tangan beliau-lah agama ini menjadi sempurna. Dan berkat karunia yang diperoleh melalui penapakan jalan yang lurus, maka seorang manusia akan bisa mendekat kepada Allāh swt.. Kita meyakini sepen

Agama tidak berarti pertengkaran, penghinaan dan kata-kata kasar yang dilontarkan atas nama agama

Pendiri Jemaat Ahmadiyah menulis: AGAMA tidak berarti pertengkaran, penghinaan dan kata-kata kasar yang dilontarkan atas nama agama. Dalam konteks demikian, tidak ada yang memperhatikan penekanan hawa nafsu batin atau penciptaan silaturahmi dengan yang Maha Terkasih. Satu kelompok menyerang kelompok lain seperti di antara hewan anjing dan setiap bentuk kelakuan buruk dipertontonkan atas nama agama. Orang-orang demikian tidak menyadari apa tujuan kelahiran mereka di dunia dan apa yang menjadi tujuan pokok dari hidup mereka itu. Mereka tetap saja membutakan mata dan bersikap jahat serta menguar kefanatikan mereka atas nama agama. Mereka mempertontonkan kelakuan buruk mereka dan menggoyang lidah mereka yang loncer guna mendukung tuhan fiktif yang eksistensinya tidak bisa mereka buktikan. Apa gunanya agama yang tidak mengajarkan penyembahan sosok Tuhan yang Maha Hidup? Tuhan yang mereka kemukakan tidak lebih baik dari bangkai mati yang berjalan karena ditopang penyangga, diman